Pesan Buya #1 Tentukan Arahmu

Selasa, 28 April 2015

"Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu!" -Hamka-


Salah satu buku best seller tulisan Buya Hamka zaman dulu berjudul "Pribadi", kini mulai diterbitkan ulang dengan judul "Pribadi Hebat". Tidak hanya berisi pesan-pesan inspiratif yang memotivasi, karya ini juga memuat berbagai contoh dan teladan dari banyak orang besar berkepribadian luar biasa. Salah satu bab didalamnya adalah tentang beberapa poin yang dapat melemahkan pribadi. Satu diantaranya adalah sikap tidak tentu arah. Ini kata Buya:

"Ada orang yang sangat ingin menjadi orang besar. Sering dia membanggakan diri bahwa dia berkenalan dengan menteri itu, pernah naik mobil bersama denganpemimpin fulan. Dia melihat bahwa orang lain telah mendapat kedudukan pantas dan kehormatan besar karena menjadi pemimpin suatu partai atau perserikatan. Sebab itu, setiap ada orang yang bersama-sama mendirikan satu partai, dia suka sekali ikut. Jika ketua rapat mempersilakan hadirin menyatakan pikiran dan gagasan, dia yang pertama mengacungkan tangan meminta berbicara. Dia tidak segan menyarankan hadirin supaya mengangkat dirinya menjadi ketua. Ketika orang ingin mencari utusan untuk menghadiri suatu permusyawaratan penting, dia menunjukkan beberapa syarat orang yang akan dipilih sehingga orang tahu bahwa dialah yang dimaksud yang melengkapi syarat itu. Kadang-kadang dia mengampanyekan dirinya, baik dalam rapat itu maupun di luar rapat dengan jalan berbisik-bisik. Untuk mencapai tujuannya, dia tidak keberatan menjelek-jelekkan orang lain.

Dia tidak berkeberatan memikul lebih dari satu beban amanah. Awalnya, memang dia bersemangat mengurusnya, tetapi semakin lama semakin kendur semangatnya dan akhirnya beban amanah itu tidak lagi diurus, bahkan dilupakan. Sering juga dia membanggakan kepada orang lain bahwa pekerjaannya sangat repot, dia ketua ini itu, pemimpin partai ini, pengurus perkumpulan itu. Oleh karena banyak urusannya itu, tidak ada lagi yang dapat diurusnya.

Mengapa menjadi seperti itu? Dia giat, gesit, dan lincah. Namun, dia tidaklah mencintai pekerjaan karena nilai pekerjaan itu. Dia mencintai suatu pekerjaan dan usaha supaya dirinya terkenal. Memang setiap orang ingin terkenal, tetapi mengapa dia tidak jaya? Sebab, dia tidak mau menetapi satu pekerjaan. Ini dirasakan enak, itu dirasakan berhasil; yang di sana dirasakan ada harapan, yang di sini.... dan lain-lain. Akan tetapi, setelah dilihatnya bahwa apa yang direncanakannya tidak cepat bertemu, dia pun gelisah, lalu singgah pula matanya kepada yang lain. Di sana dirasakan bisa juga menjadi tangga untuk kenaikan. Namun, kenaikan tidak juga diperolehnya. Tentu bertambah lama bertambah jauhlah dari kedudukan atau kehormatan yang dicarinya karena orang tidak percaya lagi atas keteguhan hatinya.

Orang yang ingin menghadapi semua urusan, tidaklah akan jaya. Umur kita sangat sedikit dan jalan yang ada banyak. Apa yang kita lihat bagus pada orang lain, belum tentu bagus bagi kita. Suatu kemasyhuran atau kemegahan hanyalah karena keteguhan hati menghadapi satu pekerjaan, bukan tujuh apalagi dua puluh pekerjaan. Semua pekerjaan yang ingin diborong, tidak dapat diselesaikan oleh satu tangan.

Lebih baik satu pekerjaan yang dihadapi, kita dalami dan hadiahkan kepada persada kemanusiaan. Bukan hanya Churchill, yang menjadi orang besar di Inggris karena dia bergelut dengan politik, Charles Chaplin pun menjadi orang besar. Churchill besar dalam politik, tetapi dalam membadut, dia "nol besar". Charles Chaplin (Charlie Chaplin) sebesar-besar manusia di abad ini dalam hal melucu, sampai-sampai mendapat gelar "Sir" dari raja Inggris. Sir Conan Doyle pun orang besar yang tidak ada taranya dalam abad ini karena kehebatannya menulis cerita detektif Sherlock Holmes. Masing-masing menentukan arahnya dan tahu membatasi diri.

Tidaklah mungkin bagi hidup kita yang pendek ingin memborong semua yang bagus penampakannya. Jika demikian, hal itu sama dengan orang yang berjalan mengembara di padang pasir yang luas, melihat fatamorgana yang menyangka ada air, padahal setelah didekati, hanyalah pasir belaka."

0 komentar:

Posting Komentar