Tuan....
Sudah sejak lama Tuan mengetahui
Bahwa Tuan-lah lelaki terhebat di hati
Tak perlu kubawa segenggam garam sebagai bukti
Bahkan angin dan matahari pun tahu pasti
Tuan...
Gelisahku menatap Tuan bekerja
Mulai terbit pagi
Melewati teriknya hari
Hingga sinar bumi yang tak nampak lagi
Tuan melewatkan istirahat siangmu
Tuan mengakhirkan istirahat malammu
Mengurangi waktu bersama istri dan keluargamu
Demi sesuatu yang sesungguhnya bukan tugasmu
Dan Tuan pun tidak dihargai untuk itu
Sudah terlalu banyak Tuan ajarkan padaku
tentang keyakinan...
Tentang memberi yang tak mengharap balasan
Tentang rezeki yang pasti datang dari-Nya
Tentang tulus dan kesetiaan
Sungguh, Tuan...
Bukan ku hendak mengeluh tentang dunia
Namun terkadang logikapun mengusik jiwa
Bertanya heran pada mereka yang berkuasa
Belum puaskah mereka?
Mencari apakah mereka?
Hingga semakin banyak orang yang terluka
Bukankah Rasul telah meminta kita untuk memuliakan sesama?
Bukan begini caranya, Tuan...
Katakanlah salah adalah salah
Katakan benar adalah benar
Lalu, dimanakah keberanianmu?
Bernaung pada atap pimpinan yang tak jua berubah
Nasib bangunan yang denganmu berawal dan tumbuh bersama
Bagaimanakah ia kelak?
Bahkan seorang Hatta rela tinggalkan sahabatnya saat tak lagi sejalan
Tuan....
Bukan ku hendak merejam idealisme
yang ada di dalam dada
Hanya rasanya...
Tak ‘kan sanggup hancur hatiku
Bila harus melihatmu terluka untuk kedua kalinya
Kumohon... mengertilah, Tuan....
#racauansenja #edisisastralama
-POLARIS-
-catatan Bogor, 13 Februari 2015-
sumber gambar: www.rantplaces.com
0 komentar:
Posting Komentar